Thursday, 18 November 2010

PROGRAM IDUKSI BAGI GURU PEMULA

Terjawab sudah wacana tentang induksi guru baru yang akhir -akhir ini menjadi perbincangan para guru dan praktisi pendidikan dengan keluarnya permendiknas no.27 tahun 2010 tentang induksi bagi guru pemula.
Banyak harapan yang ingin di capai dengan permen ini terutama lahirnya guru-guru muda yang profesional..mari kita laksanakan agar pendidikan menjadi lebih baik.
bagi anda yang ingin mengunduh salinannya silahkan KLIK DISINI.

Thursday, 11 November 2010

Antara Dukun dengan Pendidik Profesional

Posted on 14 Maret 2009 by AKHMAD SUDRAJAT

Dukun dengan Pekerjaan ProfesionalTidak dipungkiri, meski saat ini kita hidup dalam era digital dan kesejagatan, tetapi pada sebagian masyarakat Indonesia masih ada saja yang mempercayai bahwa dukun adalah sosok yang bisa dimintai jasa untuk kepentingan tertentu. Wikipedia menyebutkan bahwa “dukun adalah seseorang yang membantu masyarakat dalam upaya penyembuhan penyakit melalui tenaga supranatural”. Meski Wikipedia hanya merumuskan dukun untuk kepentingan penyembuhan penyakit, tetapi dalam kenyataannya di Indonesia, selain dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit (fisik maupun psikologis), jasa dukun juga dimanfaatkan untuk kepentingan promosi jabatan (karier/vokasional), memperoleh jodoh (sosial), bahkan memperoleh kepandaian intelektual dan kesuksesan dalam belajar (akademik). Tidak menutup kemungkinan ada seseorang yang ingin lulus Ujian Nasional atau Sidang Sarjana, bukannya belajar secara sungguh-sungguh tapi malah pergi ke dukun.

Pengetahuan dan keterampilan seorang dukun tidak diperoleh melalui pendidikan formal yang tinggi, karena hingga saat ini sepengetahuan saya, di Indonesia atau mungkin di dunia, belum ada sekolah atau perguruan tinggi yang membuka program studi keahlian perdukunan. Kalau pun ada, mungkin hanya sebatas kursus privat yang sangat terbatas (eksklusif), yang hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu. Untuk bisa menjadi seorang dukun tidak diwajibkan menempuh pendidikan formal tertentu. Seorang dukun tidak perlu menguasai komputer, tidak perlu menguasai metode ilmiah, tidak perlu menulis. Bahkan, tidak perlu memahami karakteristik pasiennya, karena dia akan melaksanakan pelayanan dari sudut pandang dia. Oleh karena itu, siapapun pasiennya biasanya akan diberi perlakuan yang sama.

Pelayanan yang diberikan sang dukun kepada pasien (user) hadir dalam berbagai ragam. Meski hampir bisa dipastikan tidak akan pernah ada standar pelayanan dan kompetensi dukun nasional, namun dalam praktik pelayanannya biasanya dilakukan melalui prosedur-prosedur (ritual) tertentu, yang tentunya setiap dukun akan menentukan prosedurnya masing-masing. Diantaranya ada prosedur yang agak masuk akal (logis-rasional), tetapi pada umumnya prosedur yang ditempuh sangat jauh dari akal sehat dan terkesan asal-asalan alias “semau gue”. Jangankan pasien atau orang awam lainnya, mungkin dukunnya sendiri akan mengalami kesulitan jika diminta menjelaskan apa dan mengapa prosedur itu harus ditempuh terutama kaitannya dengan jasa yang diminta. Misalnya, apa hubungannya antara mandi kembang dengan dapat jodoh atau keberhasilan karier, apa hubungannya minuman yang telah dicelupi batu oleh Ponari dengan kesembuhan sang pasien.

Bagaimana dengan hasil yang diterima oleh pasien (klien) atas pelayanan sang dukun? Walaupun ada diantaranya yang merasakan manfaat dari pelayanan sang dukun tetapi sangat sulit untuk diprediksikan apalagi jika harus dijelaskan dan dihitung secara kuantitatif.

Mari kita bandingkan dengan tiga jenis pekerjaan di Indonesia yang saat ini secara yuridis telah diakui sebagai pekerjaan profesional, yaitu: guru, konselor dan pengawas sekolah. Guru dan konselor memiliki sasaran (user) yang sama yaitu siswa (konseli), sementara sasaran (klien) pengawas sekolah adalah guru (personal) dan sekolah (manajerial). Dilihat dari ruang lingkup jasa pelayanan yang diberikan kepada sasaran (user) dari ketiga jabatan tersebut pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan dukun, yaitu mencakup: pribadi, sosial, karier dan belajar (akademik) dari user masing-masing.

Untuk menyandang ketiga jabatan tersebut harus menempuh pendidikan yang cukup lama, untuk guru sekurang-kurangnya D4/S1, sementara untuk menjadi pengawas sekolah minimal S2 ditambah pendidikan profesi. Dengan pendidikan yang lama, diharapkan dalam dirinya tersedia pengetahuan dan keterampilan yang tinggi tentang bidangnya masing-masing. Mereka dituntut untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur standar yang bisa dijelaskan dan dipertanggung jawabkan secara etik-moral maupun ilmiah. Begitu juga, mereka dituntut memberikan hasil yang pasti dan bisa diprediksi bagi kliennya masing-masing.

Singkatnya, ketiga profesi tersebut dituntut melaksanakan pekerjaan yang tidak asal-asalan dan dengan hasil-hasil yang jelas dan terukur. Jika tidak, lantas apa bedanya dengan dukun?

Thursday, 28 October 2010

Tips Agar Pendidik Diperlakukan Secara Terhormat

Tips Agar Pendidik Diperlakukan Secara Terhormat
Posted on 8 Oktober 2008 by AKHMAD SUDRAJAT

Terkait dengan upaya profesionalisme pendidik di Indonesia, Sudarwan Danim (2006) mengemukakan sebelas asumsi yang harus dipenuhi jika para pendidik benar-benar hendak ditempatkan sebagai sebuah profesi yang terhormat. Kesebelas asumsi tersebut adalah:

GURU TERHORMAT

1. Secara relatif mereka dibayar lebih baik daripada apa yang mereka dapatkan sekarang di manapun mereka dipekerjakan.
2. Mereka mempunyai pilihan untuk mengaktualkan kemampuan profesionalnya dengan bekerja secara memandu sendiri.
3. Mereka mempunyai peluang untuk menyuarakan secara lebih besar mengenai peran dalam tugas mereka.
4. Adanya kejelasan mengenai alur puncak karier yang tersedia bagi mereka
5. Mereka mengawasi peran mereka sendiri
6. Mereka mebuat keputusan tentang siswa pada level unit kerja mereka.
7. Mereka memiliki rencana pembayaran jasa yang dibedakan antara guru yang mampu dan yang kurang mampu.
8. Aktualisasi diri dalam kerangka membangun relasi dengan yang lain.
9. Pemberian tanggung jawab dan tambahan kesejahteraan dalam aneka bentuknya.
10. Lingkungan memberikan suplai di mana disiplin tidak lagi menjadi fokus utama perilaku guru.
11. Adanya perlindungan kebebasan akademik bagi guru. Guru yang tidak kompeten tidak diberi peluang untuk memnuntut hak lebih banyak dan mereka tidak perlu dibela oleh organisasi.
di copy dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/10/08/tips-agar-pendidik-diperlakukan-terhormat/

Agar Pendidik Diperlakukan Secara Terhormat

Tips Agar Pendidik Diperlakukan Secara Terhormat
Posted on 8 Oktober 2008 by AKHMAD SUDRAJAT

Terkait dengan upaya profesionalisme pendidik di Indonesia, Sudarwan Danim (2006) mengemukakan sebelas asumsi yang harus dipenuhi jika para pendidik benar-benar hendak ditempatkan sebagai sebuah profesi yang terhormat. Kesebelas asumsi tersebut adalah:

GURU TERHORMAT

1. Secara relatif mereka dibayar lebih baik daripada apa yang mereka dapatkan sekarang di manapun mereka dipekerjakan.
2. Mereka mempunyai pilihan untuk mengaktualkan kemampuan profesionalnya dengan bekerja secara memandu sendiri.
3. Mereka mempunyai peluang untuk menyuarakan secara lebih besar mengenai peran dalam tugas mereka.
4. Adanya kejelasan mengenai alur puncak karier yang tersedia bagi mereka
5. Mereka mengawasi peran mereka sendiri
6. Mereka mebuat keputusan tentang siswa pada level unit kerja mereka.
7. Mereka memiliki rencana pembayaran jasa yang dibedakan antara guru yang mampu dan yang kurang mampu.
8. Aktualisasi diri dalam kerangka membangun relasi dengan yang lain.
9. Pemberian tanggung jawab dan tambahan kesejahteraan dalam aneka bentuknya.
10. Lingkungan memberikan suplai di mana disiplin tidak lagi menjadi fokus utama perilaku guru.
11. Adanya perlindungan kebebasan akademik bagi guru. Guru yang tidak kompeten tidak diberi peluang untuk memnuntut hak lebih banyak dan mereka tidak perlu dibela oleh organisasi.

Tuesday, 6 July 2010

Delapan Anak Tangga Mencapai Puncak Karir

Delapan anak tangga untuk mencapai puncak karir. Delapan anak tangga ini dapat pula digunakan oleh seseorang dalam mengembangkan profesinya tak terkecuali para guru. Kedelapan anak tangga yang dimaksud adalah:
(1) mau bekerja keras.
(2) bekerjasama dengan orang lain.
(3) penampilan yang baik.
(4) percaya diri.
(5) pandai membuat keputusan.
(6) mau menambah ilmu pengetahuan.
(7) ambisi untuk maju
(8) pandai berkomunikasi

Sunday, 11 April 2010

Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar

Pembelajaran aktif (active learning) tampaknya telah menjadi pilihan utama dalam praktik pendidikan saat ini. Di Indonesia, gerakan pembelajaran aktif ini terasa semakin mengemuka bersamaan dengan upaya mereformasi pendidikan nasional, sekitar akhir tahun 90-an. Gerakan perubahan ini terus berlanjut hingga sekarang dan para guru terus menerus didorong untuk dapat menerapkan konsep pembelajaran aktif dalam setiap praktik pembelajaran siswanya.

Beberapa kalangan berpendapat bahwa inti dari reformasi pendidikan ini justru terletak pada perubahan paradigma pembelajaran dari model pembelajaran pasif ke model pembelajaran aktif.

Merujuk pada pemikiran L. Dee Fink dalam sebuah tulisannya yang berjudul Active Learning, di bawah ini akan diuraikan konsep dasar pembelajaran aktif. Menurut L. Dee Fink, pembelajaran aktif terdiri dari dua komponen utama yaitu: unsur pengalaman (experience), meliputi kegiatan melakukan (doing) dan pengamatan (obeserving) dan dialogue, meliputi dialog dengan diri sendiri (self) dan dialog dengan orang lain (others)

active learning

Dialog dengan Diri (Dialogue with Self) :

Dialog dengan diri adalah bentuk belajar dimana para siswa melakukan berfikir reflektif mengenai suatu topik. Mereka bertanya pada diri sendiri, apa yang sedang atau harus dipikirkan, apa yang mereka rasakan dari topik yang dipelajarinya. Mereka “memikirkan tentang pemikirannya sendiri, (thinking about my own thinking)”, dalam cakupan pertanyaan yang lebih luas, dan tidak hanya berkaitan dengan aspek kognitif semata.

Dialog dengan orang lain (Dialogue with Others) :

Dalam pembelajaran tradisional, ketika siswa membaca buku teks atau mendengarkan ceramah, pada dasarnya mereka sedang berdialog dengan “mendengarkan” dari orang lain (guru, penulis buku), tetapi sifatnya sangat terbatas karena didalamnya tidak terjadi balikan dan pertukaran pemikiran. L. Dee Fink menyebutnya sebagai “partial dialogue

Bentuk lain dari dialog yang lebih dinamis adalah dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil (small group), dimana para siswa dapat berdiskusi mengenai topik-topik pelajaran secara intensif. Lebih dari itu., untuk melibatkan siswa ke dalam situasi dialog tertentu, guru dapat mengembangkan cara-cara kreatif, misalnya mengajak siswa untuk berdialog dengan praktisi, ahli, dan sebagainya. baik yang berlangsung di dalam kelas maupun di luar kelas, melalui interaksi langsung atau secara tertulis.

Mengamati (Observing) :

Kegiatan ini terjadi dimana para siswa dapat melihat dan mendengarkan ketika orang lain “melakukan sesuatu (doing something)” , terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. Misalnya, mengamati guru sedang melakukan sesuatu. Guru olah raga yang sedang memperagakan cara menendang bola yang baik, guru komputer yang sedang membelajarkan cara-cara browsing di internet, dan sebagainya,

Selain mengamati peragaan yang ditampilkan gurunya, siswa juga dapat diajak untuk mendengarkan dan melihat dari orang lain, misalnya menyaksikan penampilan bagaimana cara kerja seorang dokter ketika sedang mengobati pasiennya, menyaksikan seorang musisi sedang memperagakan kemahirannya dalam memainkan alat musik gitar, dan sebagainya. Begitu juga siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena-fenomena lain, terkait dengan topik yang sedang dipelajari, misalnya fenomena alam, sosial, atau budaya.

Tindakan mengamati dapat dilakukan secara “langsung” atau “tidak langsung”. Pengamatan langsung artinya siswa diajak mengamati kegiatan atau situasi nyata secara langsung. Misalnya, untuk mempelajari seluk beluk kehidupan di bank, siswa dapat diajak langsung mengunjungi bank-bank yang ada di daerahnya. Sedangkan pengamatan tidak langsung, siswa diajak melakukan pengamatan terhadap situasi atau kegiatan melalui simulasi dari situasi nyata, studi kasus atau diajak menonton film (video). Misalnya unruk mempelajari seluk beluk kehidupan di bank, siswa dapat diajak menyaksikan video tentang situasi kehidupan di sebuah bank.

Melakukan (Doing):

Kegiatan ini menunjuk pada proses pembelajaran di mana siswa benar-benar melakukan sesuatu secara nyata. Misalnya, membuat desain bendungan (bidang teknik), mendesain atau melakukan eksperimen (bidang ilmu-ilmu alam dan sosial), menyelidiki sumber-sumber sejarah lokal (sejarah), membuat presentasi lisan, membuat cerpen dan puisi (bidang bahasa) dan sebagainya. Sama halnya dengan mengamati (observing), kegiatan “melakukan” dapat dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung

Terkait dengan upaya mengimplementasikan konsep di atas, L. Dee Fink menyampaikan 3 (tiga) saran, sebagai berikut:

1. Memperluas jenis pengalaman belajar.

  • Buatlah kelompok-kelompok kecil siswa dan meminta mereka membuat keputusan atau menjawab sebuah pertanyaan terfokus secara berkala.
  • Temukan cara agar siswa dapat terlibat dalam berbagai dialog otentik dengan orang lain, di luar teman-teman sekelasnya (di website, melalui email, atau dalam kehidupan nyata).
  • Dorong siswa untuk membuat jurnal pembelajaran atau portofolio belajar. Guru dapat meminta para siswa untuk menuliskan tentang apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, apa peran pengetahuan yang dipelajarinya untuk kehidupan mereka sendiri, bagaimana hal ini membuat mereka merasa, dan sebagainya.
  • Temukan cara untuk membantu siswa agar dapat mengamati sesuatu yang ingin dipelajarinya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
  • Temukan cara yang memungkinkan siswa untuk benar-benar melakukan sesuatu yang dipelajarinya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Mengambil manfaat dari “Power of Interaction.”

Dari keempat bentuk belajar di atas, masing-masing memiliki nilai tersendiri, tetapi apabila keempat bentuk belajar tersebut (Dialogue with Self, Dialogue with Others, Observing, dan Doing) dikombinasikan secara tepat, maka akan dapat memberikan efek belajar yang lebih kaya kepada para siswa.

Para pendukung Problem-Based Learning menyarankan kepada para guru untuk mengawalinya dengan kegiatan “Doing”, dimana guru terlebih dahulu mengajukan berbagai masalah nyata (real problem) untuk diselesaikan oleh siswanya. Kemudian, siswa diminta untuk berkomunikasi dan berkonsultasi dengan rekan-rekan sekelompoknya (Dialogue with Others) untuk menemukan cara-cara terbaik guna memecahkan masalah nyata yang telah diajukan. Setelah para siswa saling berkomunikasi dan berkonsultasi, selanjutnya para siswa akan melakukan berbagai macam bentuk belajar sesuai pilihannya, termasuk didalamnya melakukan Dialogue with Self dan Observing.

3. Membuat dialektika antara pengalaman dan dialog.

Melalui pengalaman (baik melalui doing dan observing) siswa memperoleh perspektif baru tentang apa yang benar (keyakinan) dan apa yang baik (nilai). Sementara melalui dialog dapat membantu siswa untuk mengkonstruksi berbagai makna dan pemahamannya.

Untuk menyempurnakan prinsip interaksi sebagaimana dijelaskan di atas yaitu dengan melakukan dialektika antara kedua komponen tersebut. Dalam hal ini, secara kreatif guru dapat mengkonfigurasi dialektika antara pengalaman baru yang kaya dan mendalam dengan dialog yang bermakna, sehingga pada akhirnya siswa benar-benar dapat memperoleh pengalaman belajar yang signifikan dan bermakna

Sumber:

Terjemahan bebas dan adaptasi dari: L. Dee Fink. 1999. Active Learning

http://akhmadsudrajat.wordpress.com

Thursday, 1 April 2010

ENAM BELAS MACAM PENYAKIT YANG MENGINTAI PARA PELAKU PENDIDIKAN

Belum lama ini saya mendapat SMS dari seorang teman yang menginformasikan 16 belas jenis penyakit yang harus diwaspadai bersama terutama oleh para guru. Keenam belas penyakit tersebut adalah :
  1. Kudis, (kurang disiplin)
  2. Kutil (Kurang teliti)
  3. Kuman (Kurang iman dan kurang amanah)
  4. Kurap (Kurang Rapih)
  5. TBC (tidak bisa Computer)
  6. Asma (asal masuk kelas)
  7. Tipes (tidak punya selera)
  8. Mual ( mutu amat lemah)
  9. Kusta ( kurang strategi)
  10. Kram ( kurang trampil)
  11. Asam Urat ( asal sampaikan materi urutan kurang akurat)
  12. Lesu ( Lemah Sumber)
  13. Diare ( di kelas anak diremehkan)
  14. Ginjal ( gajih nihil kerja lamban)
  15. Pikun (Panik Ketika Ujian Nasional)
  16. Lepra (lemah Prakarsa)
Mungkin saja diantara kita ada yang sudah terjangkit salah satu atau lebih dari sekian macam penyakit tersebut ,Bagi yang belum maka sebaiknya harus berhati-hati dan waspada, dan apabila sudah terlanjur mengidap baik stadium ringan maupun parah maka sebaiknya segera intropeksi diri dan berusaha sekuat tenaga untuk sembuh karena penyakit-penyakit tersebut dapat menghancurkan negeri tercinta ini.

Wednesday, 31 March 2010

AKHIR PERKEPOMPONGAN KUPU-KUPU

Masa akhir perkepompongan seekor kupu-kupu adalah masa yang sangat sulit
yang harus dilalui.. betapa tidak.. setelah beberapa hari tidak makan
alias bertapa.. dia telah berubah bentuk menjadi kupu-kupu muda yang
lemah.. tapi dia masih harus berjuang untuk keluar dari kulit kepompong
yang keras...menggeliat ... tahap demi tahap... seolah tak akan mampu
untuk keluar...tapi ini adalah proses yang harus dilalui... APABILA...
kita tega dan tidak sabar kemudian membantu proses ini dengan menggunting kulit kepompong tersebut dan kita keluarkan kupunya..... maka selamanya kupu tersebut tak kan bisa
terbang...karena "syaraf dan Hormon" nya tidak berkembang dengan benar

Ketika guru "membantu" siswa yang sedang Ujian dengan cara memberikan "kunci
jawaban"maka sesungguhnya bukan saja telah menghianati profesinya
sebagai seorang guru tapi yang lebih penting adalah dia telah memotong
"syaraf" sportifitas dan kejujuran sekaligus merusak "kelenjar" motiv
yang ada pada diri siswa ,, yang lebih tragis lagi ini tidak disadari
oleh siswa itu sendiri bahwa sebenarnya dia telah dibuat lumpuh oleh
gurunya sendiri yang justru dia anggap sebagai pahlawan.

Tuesday, 23 March 2010

Karangbrak

Sebuah perkampungan yang dihuni sekitar 200 kepala keluarga. sebenarnya tempat ini masuk dalam kecamatan pematangsawa Kab. Tanggamus. Tapi yang menarik adalah sulitnya daerah ini untuk ditempuh dengan jalan darat sehingga harus melalui laut.Sekolah SMP yang disediakan Pemerintah sudah empat tahun ini masih menyisakan bangku kosong karena banyak anak tamat SD dan MI tidak melanjutkan Ke SMP,, Alasan utama adalah sulitnya menempuh perjalanan dari rumah ke sekolah.
Adakah yang perduli dengan ini....?

Tuesday, 9 March 2010

PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA SMP

Materi Pertemuan MGMP IPA Tanggamus

Tenaga yang bertanggung jawab secara langsung dalam pengelolaan laboratorium IPA SMP adalah:

* Kepala sekolah
* Kepala Lab/Koordinator lab
* Pengelola Lab (Semua Guru IPA + laboran)

Deskripsi tugas kepala sekolah:

1. Memberi tugas kepada Kepala Lab./koordinator laboratorium untuk mengoptimalkan fungsi laboratorium IPA.
2. Memberikan bimbingan, pengarahan, monitoring dan evaluasi kepada tenaga -tenaga yang bertugas dilboratorium.
3. Memberi motifasi pada guru -guru IPA untuk memanfaatkan sarana laboratorium dalam kegiatan belajar mengajar IPA.
4. Menyediakan dana untuk keperluan operasional laboratorium IPA.

Deskripsi tugas Kepala/Koordinator laboratorium:

1. Bertanggung jawab atas kelengkapan administrasi laboratorium IPA.
2. Bertanggung jawab atas kelancaran penggunaan laboratorium IPA.
3. Mengusulkan kepada kepala sekolah tentang pengadaan alat dan bahan yang dibutuhkan.

Deskripsi tugas Pengelola Laboratorium(Guru +laboran)
Bagi sekolah yang tadak memiliki Tenaga Laboran maka pekerjaan laboran harus dikerjakan oleh guru

1. Mengerjakan admistrasi laboratorium.
2. Mempersiapkan dan menyimpan kembali alat dan bahan yang digunakan dalam KBM IPA.
3. Bertanggung jawab atas kebersihan ruangan dan alat laboratorium.
4. Memperbaiki alat-alat yang rusak atau tidak berfungsi.
5. Membuat LKS (guru)

Kelengkapan administrasi laboratorium IPA SMP Yang harus ada:
A. BUKU INVENTARIS ALAT DAN BAHAN
yang terdiri dari 9 kolom:

1. Kode
2. Ukuran
3. Nama alat atau bahan
4. Merk atau Type
5. Produksen
6. Asal dan Tahun
7. Tahun penggunaan
8. Jumlah
9. Keterangan Baik atau Rusak

*B. KARTU STOK
tiap alat berbeda dan diberi warna yang berbeda sesuai kelompok mata pelajarannya biologi warna hijau, fisika warna biru, alat visual putih, bahan kimia kuning. Pada masing - masing kartu tertera:

1. Huruf dilingkari sesuai huruf depan nama alat.
2. Nama alat diisi sesuai nama alat atau bahan.
3. Spesifikasi diisi sesuai spesifikasi alat dan kemampuannya.
4. Kode diisi kode baru atau kode lama.
5. Keadaan diisi jumlah banyaknya dan kondisinya baik atau rusak.
6. No Inventaris diisi sesuai dengan buku inventaris.

C. DAFTAR ALAT DAN BAHAN
sesuai LKS terdiri dari nama alat dan bahan yang digunakan setiap LKS serta jumlah yang tersedia setiap tahun melipui:

1. No
2. Klas/Semester
3. Kode/Topik LKS
4. Nama alat dan Bahan
5. Jumlah yang diperlukan
6. Jumlah yang tersedia
7. Keterangan

D. LABEL
ditempelkan pada pada tempat penyimpanan alat atau bahan (Rak, Almari, Laci) gunanya untuk membantu mempercepat pengambilan alat dan bahan, yang meliputi:

1. No urut
2. Kode lama dan baru
3. Nama alat
4. Jumlah
5. Keterangan

E. FORMAT PERMINTAAN ALAT
format ini diisi oleh guru dan diserahkan kepada laboran sebelum melakuakan kegiatan minimal 1 hari sebelum kegiatan. sebagai berikut:

1. Nama guru
2. Judul percobaan
3. Jenis alat dan bahan
4. Jenis kegiatan (pratikum/demonstrasi)
5. Jumlah kelompok
6. Hari dan tanggal penggunaan
7. Jam pelajaran ke... (pagi/siang)
Bagaiman yang tidak ada tenga Laboran nya???

F. PROGRAM SEMESTER KEGIATAN LABORATORIUM
Ini dibuat oleh guru IPA pada awal semester untuk menentukan kapan kegiatan laboratorium selama 1 semester yang terdiri dari:

1. No
2. Kelas/Semester
3. Tanggal/Bulan
4. Materi
5. Alat dan bahan yang digunakan
6. perincian biaya
7. Keterangan

G. JURNAL KEGIATAN LABORATORIUM
diisi oleh guru untuk mengetahui kejadian - kejadian selama berlangsungnya kegiatan laboratorium, misal keadaan alat dan bahan yang rusak , percobaan yang tidak berhasil sehingga dapat dipakai sebagai dasar tindak lanjut penyelesaian masalah tersebut. Yang meliputi:

1. No
2. Hari/Tanggal
3. Jdul LKS
4. Kelas
5. Jam
6. Jumlah Alat dan Bahan
7. Pelaksanaan (Eksperimen/Demonstrasi)
8. Kejadian/Keterangan
9. Tanda tangan/nama guru

H. JADUAL KEGIATAN LABORATORIUM
karena kegiatan laboratorium tidak terpisah dalam kegiatan KBM IPA disekolah, maka jadual kegiatan laboratorium menyesuaikan jadual pelajaran.Jika terjadi persamaan waktu antara guru yang satu dengan yang lain maka penyelelaiannya adalah dengan kesepakatan ,minggu pertama guru A, minggu ke dua guru B, minggu ke tiga guru C, minggu empat cadangan. Atau kegiatan dilakukan diluar ruang laboratorium jika alat dan bahan mencukupi.

Thursday, 25 February 2010

PAKEM

oleh : Depdiknas

A. Apa itu PAKEM?

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:

1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

B. Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?

1. Memahami sifat yang dimiliki anak

Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.

2. Mengenal anak secara perorangan

Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.

3.Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah

Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).

5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.

7.Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental

Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEMenyenangkan.’

C. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM?

Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama PEMBELAJARAN. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru.

Saturday, 6 February 2010

Surat Buat Guru TK Ku

Yth. Guru TK ku, Ibu Tri
Bu, ini adalah surat pertamaku setelah 38 tahun aku meninggalkan sekolah "TK ANGKASA" yang pernah ibu asuh,semoga ibu dalam keadaan sehat.
Bu,.. akhir -akhir ini saya merasa sangat rindu pada ibu, masih jelas dalam ingatanku hari-hari pertamaku masuk sekolah, engkau menyambut ku dengan senyum ramah di depan pintu sekolah, waktu itu umurku baru 2 tahun 9 bulan,
hari itu adalah pertama aku merasa di "manusiakan", disambut dengan ramah dipersilahkan duduk di atas bangku kecil yang pas dengan besar tubuhku,ketika istirahat tiba cangkir-cangkir merah berisi susu hangat sudah disediakan untuk kami.
Bu.. Aku masih ingat betul hari-hari pertama kita belajar,,, ketika ibu hendak mengajarkan lagu "tik tik bunyi hujan" ibu memulai dengan diskusi , melemparkan beberapa pertanyaan dan pertanyaan yang masih ku ingat betul " siapa yang bisa menjelaskan terjadinya hujan ?? serta merta aku angkat tangan sambil mengacungkan Jempol ( bukan jari telunjuk)" Bu..waktu itu aku beranggapan kalau pakai telunjuk tidak sopan......ibuku suka bilang, kalau bicara dengan orang tua trus nunjuk-nujuk pakai jari telunjuk tidak sopan,kalau mempersilahkan duduk pada tamu juga pakai jepol, makanya aku nunjuknya pakai jempol) .
"ya bagai mana terjadinya hujan menurutmu kuncoro??"tanya ibu menegaskan, dengan lantang dan percaya diri aku menjawab " langitnya bocor bu".. ya pintar ... siapa yang mau menjawab lain?...dan setelah beberapa temanku lain menjawab ,kami menyanyikan lagu "tik..tik.. tik bunyi hujan diatas genting... airnya turun...."dengan semangat dan ceria .Beberapa tahun kemudian baru aku menyadari bahwa hujan turun bukan karna langitnya bocor, tapi ibu waktu itu malah bilang aku "pintar" wajah ibu sama sekali tidak menyalahkan pendapatku....Baru kusadari ini setelah aku menjadi guru,rupanya waktu itu ibu sedang menanamkan rasa percaya diri padaku Ibu tahu betul kalau rasa percaya diri lebih penting dari sekedar pengetahuan tentang hujan, terima kasih ibu ...rasa percaya diri itu hidup dan tumbuh hingga saat ini.
Bu rupanya aku harus banyak belajar darimu lagi,, karna setelah aku mengajar selama 14 tahun masih saja aku lupa untuk menyapa siswa ku dengan ramah,lupa "memanusiakan" mereka bahkan kadang aku menghardik mereka karna kekeliruan kecil, juga aku masih sering lupa menanamkan rasa percaya diri pada siswaku pantaslah siswaku kalau ujian pilih nyontek daripada pakai pendapat sendiri padahal yang diconteki belum tentu benar akibatnya hasil ujian hampir sama sekelas sama salahnya....

Masih jelas dalam ingatanku ketika suatu hari aku bermain dan berlarian dengan temanku Yudi kemudian kepalaku membentur meja… serta merta ibu mengusap kepalaku yang benjol dengan ujung rambutmu yang panjang…kulihat waktu itu engkau seperti ikut merasakan sakitku….kau mengusapku dengan rasa sayang.. bahkan masih kurasakan benar kasih sayang mu itu hingga kini.
Bu ... lama aku tak berkunjung kerumahmu…terahir aku mengunjungimu sewaktu aku masih duduk di SMP, ketika itu kau sedang merayakan natal …waktu itu banyak sekali tamu yang datang kerumahmu (yang umumnya alumni TK binaanmu) seperti pada tahun-tahun sebelumnya , bahkan kudengar kabar dari tetanggamu hingga kini ,dizaman SMS ini murid-muridmu masih banyak yang mengunjungimu dihari –hari istimewa.…….Bu, lama hal ini menjadi renunganku ,, setelah 14 tahun aku menjadi guru jarang ada siswa yang datang mengunjungiku ,,bahkan di hari-hari lebaran hanya beberapa gelintir yang mau datang kerumahku …mereka para murid seolah tak ingat lagi pada gurunya,mereka seperti jual beli ..setelah di bayar ya .. sudah ga ada urusan, setelah lulus ya sudah bukan guruku.
Kini ku dapat kesimpulannya disaat aku rindu ingin bertemu dengan ibu ; aku selama ini mengikat siswaku dengan formalitas… “aku guru dia siswa”. Mengikat mereka dengan tugas-tugas dan perintah-perintah, aku masuk kelas karna bel berbunyi dan segera tinggalkan kelas setelah bel berbunyi, wajarlah bila mereka tetap saja merasa asing pada gurunya walau sudah tiga tahun menjadi siswa , kini baru kusadari mestinya aku masuk kelas membawa hati , dikelas menanamkan kasih sayang sekaligus mengikat mereka dengan rindu. Bukankah ini yang ibu lakukan padaku ??? Aku harus belajar lagi padamu ibu………