Yth. Guru TK ku, Ibu Tri
Bu, ini adalah surat pertamaku setelah 38 tahun aku meninggalkan sekolah "TK ANGKASA" yang pernah ibu asuh,semoga ibu dalam keadaan sehat.
Bu,.. akhir -akhir ini saya merasa sangat rindu pada ibu, masih jelas dalam ingatanku hari-hari pertamaku masuk sekolah, engkau menyambut ku dengan senyum ramah di depan pintu sekolah, waktu itu umurku baru 2 tahun 9 bulan,
hari itu adalah pertama aku merasa di "manusiakan", disambut dengan ramah dipersilahkan duduk di atas bangku kecil yang pas dengan besar tubuhku,ketika istirahat tiba cangkir-cangkir merah berisi susu hangat sudah disediakan untuk kami.
Bu.. Aku masih ingat betul hari-hari pertama kita belajar,,, ketika ibu hendak mengajarkan lagu "tik tik bunyi hujan" ibu memulai dengan diskusi , melemparkan beberapa pertanyaan dan pertanyaan yang masih ku ingat betul " siapa yang bisa menjelaskan terjadinya hujan ?? serta merta aku angkat tangan sambil mengacungkan Jempol ( bukan jari telunjuk)" Bu..waktu itu aku beranggapan kalau pakai telunjuk tidak sopan......ibuku suka bilang, kalau bicara dengan orang tua trus nunjuk-nujuk pakai jari telunjuk tidak sopan,kalau mempersilahkan duduk pada tamu juga pakai jepol, makanya aku nunjuknya pakai jempol) .
"ya bagai mana terjadinya hujan menurutmu kuncoro??"tanya ibu menegaskan, dengan lantang dan percaya diri aku menjawab " langitnya bocor bu".. ya pintar ... siapa yang mau menjawab lain?...dan setelah beberapa temanku lain menjawab ,kami menyanyikan lagu "tik..tik.. tik bunyi hujan diatas genting... airnya turun...."dengan semangat dan ceria .Beberapa tahun kemudian baru aku menyadari bahwa hujan turun bukan karna langitnya bocor, tapi ibu waktu itu malah bilang aku "pintar" wajah ibu sama sekali tidak menyalahkan pendapatku....Baru kusadari ini setelah aku menjadi guru,rupanya waktu itu ibu sedang menanamkan rasa percaya diri padaku Ibu tahu betul kalau rasa percaya diri lebih penting dari sekedar pengetahuan tentang hujan, terima kasih ibu ...rasa percaya diri itu hidup dan tumbuh hingga saat ini.
Bu rupanya aku harus banyak belajar darimu lagi,, karna setelah aku mengajar selama 14 tahun masih saja aku lupa untuk menyapa siswa ku dengan ramah,lupa "memanusiakan" mereka bahkan kadang aku menghardik mereka karna kekeliruan kecil, juga aku masih sering lupa menanamkan rasa percaya diri pada siswaku pantaslah siswaku kalau ujian pilih nyontek daripada pakai pendapat sendiri padahal yang diconteki belum tentu benar akibatnya hasil ujian hampir sama sekelas sama salahnya....
Masih jelas dalam ingatanku ketika suatu hari aku bermain dan berlarian dengan temanku Yudi kemudian kepalaku membentur meja… serta merta ibu mengusap kepalaku yang benjol dengan ujung rambutmu yang panjang…kulihat waktu itu engkau seperti ikut merasakan sakitku….kau mengusapku dengan rasa sayang.. bahkan masih kurasakan benar kasih sayang mu itu hingga kini.
Bu ... lama aku tak berkunjung kerumahmu…terahir aku mengunjungimu sewaktu aku masih duduk di SMP, ketika itu kau sedang merayakan natal …waktu itu banyak sekali tamu yang datang kerumahmu (yang umumnya alumni TK binaanmu) seperti pada tahun-tahun sebelumnya , bahkan kudengar kabar dari tetanggamu hingga kini ,dizaman SMS ini murid-muridmu masih banyak yang mengunjungimu dihari –hari istimewa.…….Bu, lama hal ini menjadi renunganku ,, setelah 14 tahun aku menjadi guru jarang ada siswa yang datang mengunjungiku ,,bahkan di hari-hari lebaran hanya beberapa gelintir yang mau datang kerumahku …mereka para murid seolah tak ingat lagi pada gurunya,mereka seperti jual beli ..setelah di bayar ya .. sudah ga ada urusan, setelah lulus ya sudah bukan guruku.
Kini ku dapat kesimpulannya disaat aku rindu ingin bertemu dengan ibu ; aku selama ini mengikat siswaku dengan formalitas… “aku guru dia siswa”. Mengikat mereka dengan tugas-tugas dan perintah-perintah, aku masuk kelas karna bel berbunyi dan segera tinggalkan kelas setelah bel berbunyi, wajarlah bila mereka tetap saja merasa asing pada gurunya walau sudah tiga tahun menjadi siswa , kini baru kusadari mestinya aku masuk kelas membawa hati , dikelas menanamkan kasih sayang sekaligus mengikat mereka dengan rindu. Bukankah ini yang ibu lakukan padaku ??? Aku harus belajar lagi padamu ibu………
Pak Kuncoro....salut dech, masih ingat dengan Guru TK nya, bahkan banyak peristiwa menjadi kenangan yang masih diingat sampai sekarang. Semoga suri tauladan yang baik akan selalu diingat dan diwariskan kepada murid dan generasi berikutnya.....selamat mewarisi semangat "GURU" yang selalu bisa diGugu dan ditiRU para murid dan bukan "GURU" yang waGU dan saRU he he......SELAMAT BERKARYA...SEMOGA SUKSES SELALU.
ReplyDelete