Thursday, 25 February 2010

PAKEM

oleh : Depdiknas

A. Apa itu PAKEM?

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:

1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

B. Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?

1. Memahami sifat yang dimiliki anak

Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.

2. Mengenal anak secara perorangan

Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.

3.Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah

Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).

5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.

7.Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental

Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEMenyenangkan.’

C. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM?

Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama PEMBELAJARAN. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru.

Saturday, 6 February 2010

Surat Buat Guru TK Ku

Yth. Guru TK ku, Ibu Tri
Bu, ini adalah surat pertamaku setelah 38 tahun aku meninggalkan sekolah "TK ANGKASA" yang pernah ibu asuh,semoga ibu dalam keadaan sehat.
Bu,.. akhir -akhir ini saya merasa sangat rindu pada ibu, masih jelas dalam ingatanku hari-hari pertamaku masuk sekolah, engkau menyambut ku dengan senyum ramah di depan pintu sekolah, waktu itu umurku baru 2 tahun 9 bulan,
hari itu adalah pertama aku merasa di "manusiakan", disambut dengan ramah dipersilahkan duduk di atas bangku kecil yang pas dengan besar tubuhku,ketika istirahat tiba cangkir-cangkir merah berisi susu hangat sudah disediakan untuk kami.
Bu.. Aku masih ingat betul hari-hari pertama kita belajar,,, ketika ibu hendak mengajarkan lagu "tik tik bunyi hujan" ibu memulai dengan diskusi , melemparkan beberapa pertanyaan dan pertanyaan yang masih ku ingat betul " siapa yang bisa menjelaskan terjadinya hujan ?? serta merta aku angkat tangan sambil mengacungkan Jempol ( bukan jari telunjuk)" Bu..waktu itu aku beranggapan kalau pakai telunjuk tidak sopan......ibuku suka bilang, kalau bicara dengan orang tua trus nunjuk-nujuk pakai jari telunjuk tidak sopan,kalau mempersilahkan duduk pada tamu juga pakai jepol, makanya aku nunjuknya pakai jempol) .
"ya bagai mana terjadinya hujan menurutmu kuncoro??"tanya ibu menegaskan, dengan lantang dan percaya diri aku menjawab " langitnya bocor bu".. ya pintar ... siapa yang mau menjawab lain?...dan setelah beberapa temanku lain menjawab ,kami menyanyikan lagu "tik..tik.. tik bunyi hujan diatas genting... airnya turun...."dengan semangat dan ceria .Beberapa tahun kemudian baru aku menyadari bahwa hujan turun bukan karna langitnya bocor, tapi ibu waktu itu malah bilang aku "pintar" wajah ibu sama sekali tidak menyalahkan pendapatku....Baru kusadari ini setelah aku menjadi guru,rupanya waktu itu ibu sedang menanamkan rasa percaya diri padaku Ibu tahu betul kalau rasa percaya diri lebih penting dari sekedar pengetahuan tentang hujan, terima kasih ibu ...rasa percaya diri itu hidup dan tumbuh hingga saat ini.
Bu rupanya aku harus banyak belajar darimu lagi,, karna setelah aku mengajar selama 14 tahun masih saja aku lupa untuk menyapa siswa ku dengan ramah,lupa "memanusiakan" mereka bahkan kadang aku menghardik mereka karna kekeliruan kecil, juga aku masih sering lupa menanamkan rasa percaya diri pada siswaku pantaslah siswaku kalau ujian pilih nyontek daripada pakai pendapat sendiri padahal yang diconteki belum tentu benar akibatnya hasil ujian hampir sama sekelas sama salahnya....

Masih jelas dalam ingatanku ketika suatu hari aku bermain dan berlarian dengan temanku Yudi kemudian kepalaku membentur meja… serta merta ibu mengusap kepalaku yang benjol dengan ujung rambutmu yang panjang…kulihat waktu itu engkau seperti ikut merasakan sakitku….kau mengusapku dengan rasa sayang.. bahkan masih kurasakan benar kasih sayang mu itu hingga kini.
Bu ... lama aku tak berkunjung kerumahmu…terahir aku mengunjungimu sewaktu aku masih duduk di SMP, ketika itu kau sedang merayakan natal …waktu itu banyak sekali tamu yang datang kerumahmu (yang umumnya alumni TK binaanmu) seperti pada tahun-tahun sebelumnya , bahkan kudengar kabar dari tetanggamu hingga kini ,dizaman SMS ini murid-muridmu masih banyak yang mengunjungimu dihari –hari istimewa.…….Bu, lama hal ini menjadi renunganku ,, setelah 14 tahun aku menjadi guru jarang ada siswa yang datang mengunjungiku ,,bahkan di hari-hari lebaran hanya beberapa gelintir yang mau datang kerumahku …mereka para murid seolah tak ingat lagi pada gurunya,mereka seperti jual beli ..setelah di bayar ya .. sudah ga ada urusan, setelah lulus ya sudah bukan guruku.
Kini ku dapat kesimpulannya disaat aku rindu ingin bertemu dengan ibu ; aku selama ini mengikat siswaku dengan formalitas… “aku guru dia siswa”. Mengikat mereka dengan tugas-tugas dan perintah-perintah, aku masuk kelas karna bel berbunyi dan segera tinggalkan kelas setelah bel berbunyi, wajarlah bila mereka tetap saja merasa asing pada gurunya walau sudah tiga tahun menjadi siswa , kini baru kusadari mestinya aku masuk kelas membawa hati , dikelas menanamkan kasih sayang sekaligus mengikat mereka dengan rindu. Bukankah ini yang ibu lakukan padaku ??? Aku harus belajar lagi padamu ibu………